Yayasan Ayu Utami untuk Sastra didirikan tahun 2025 demi ikut meningkatkan apresiasi dan mutu kesusastraan Indonesia, serta mendorong keterbukaan pikir dan kreativitas.
Ayu Utami adalah wartawan dan aktivis kebebasan pers saat Indonesia masih dalam rezim militer. Ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen. Novel pertamanya, Saman, ditulis di masa Soeharto, memenangi sayembara Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta 1998. Novel ini dianggap mendobrak tabu seks, politik, dan agama, serta memulai trend baru kesusasteraan. Setelah Reformasi 1998, ketika kekerasan atas nama agama meningkat, Ayu banyak menulis tentang apa yang ia sebut sebagai “spiritualitas kritis”. Dalam mencari dasar-dasar untuk sikap spiritual kritis dari khazanah sastra Nusantara ia meneroka konsep Rasa.
Ayu juga bergiat di Komunitas Utan Kayu dan Salihara Arts Space, dua tempat yang didirikan oleh seniman dan tokoh pers Goenawan Mohamad untuk kesenian dan pemikiran.
Founded in 2025, the Ayu Utami Foundation for Literature is dedicated to nurturing a love of literature, elevating Indonesian writing, and promoting open-minded thinking and creativity.
Ayu Utami was a journalist and press freedom activist when Indonesia was under Soeharto’s military regime. She was a co-founder of the Alliance of Independent Journalists. Her debut novel, Saman, which challenged taboos around sex, politics, and religion, won a prestigious literary award in 1998 and sparked a literary revolution. Post-1998, as religious violence escalated, Ayu Utami turned her attention to exploring what she called ‘critical spirituality’. Seeking the roots of a critical spiritual perspective within the Indonesian literary tradition, she delved into the concept of Rasa.
Ayu Utami was also a key member of the Komunitas Utan Kayu and the Salihara Arts Space, two cultural hubs founded by the renowned artist and journalist Goenawan Mohamad.